SWI



Sebagai seorang trainer yang bertugas di cabang membuatku harus sering bertemu dengan kolektor. Pernah sekali waktu mendaftar untuk jadi kolektor juga namun ditolak. Ketua bagian Cabang menolak kolektor wanita dengan alasan keselamatan.
Pekerjaan itu memang berat. Mengantar bahan dan hasil produksi di cabang-cabang yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Tak jarang harus menempuh medan yang berat, melawan hujan dan panas, macet, bahkan menerobos gelapnya malam.
Bagi ketua, wanita seperti aku lebih aman ada di cabang saja atau di dalam pabrik. Namun menjadi trainer yang mengawasi produksi di cabang juga bukan hal mudah. Sering kali terjadi perbedaan pendapat dengan QC atau kerusakan barang selama di perjalanan. Semua kesalahan tentu akan dilimpahkan pada trainer.
Jarak cabangku dekat dengan pabrik, hanya 12 kilometer. Untuk cabang yang dekat-dekat ketua sudah menugaskan Surya menjadi kolektornya. Setiap sore aku menunggunya mengambil hasil produksi atau sekaligus membawakan bahan untuk hari esok.
Untuk kepentingan kerja kami saling bertukar nomer HP. Namun lama kelamaan kami berteman dan bertambah akrab. Surya satu tahun lebih muda dariku, namun dia termasuk orang yang mudah bergaul dengan siapa saja. Aku merasa nyaman berteman dengannya.
Suatu hari, dia mengutarakan rasa sukanya padaku. Namun tak langsung kujawab karena setahuku Mira juga menyukainya. Aku takut jika hubungan dengan Surya akan melukai Mira, sahabatku.
Namun, dengan keegoisan akhirnya kuterima Surya sebagai kekasih. Berpura tidak tahu jika ada seorang yang terluka karenaku. Keakraban antara Mira dengan Surya kuanggap hal biasa. Namun belakangan aku tahu ada maksud tersirat antara keakraban itu.
Mira diam-diam mencuri Surya dariku. Sebagai lelaki, kekasihku pun suka dengan Mira yang memang gampangan. Yang terpikir olehnya adalah bagaimana bisa melampiaskan nafsu. Apalagi sejak ajakan berhubungan badan kutolak mentah-mentah.
Walaupun begitu hatiku tetap sakit. Terlebih hubungan kami tidak jelas. Melihatku sering muram dan bersedih, mbah menasehatiku, "Jangan kamu berhubungan dengan Surya lagi. Mbah tidak setuju. Dia bukanlah lelaki tegas, lebih baik kamu pertimbangkan Agung, mbah suka jika dialah yang jadi pendampingmu."
Aku hanya mengangguk, mungkin aku harus melepaskan Surya. Perlahan melupakannya. Melawan perasaanku sendiri sekuat tenaga.
9 Maret 2016
Gerhana matahari terjadi. Sebagian orang mengganggap itu kejadian romantis pertemuan bulan dengan matahari. Hell no! Jika itu adalah hal romantis maka bulan akan keluar dari orbitnya lalu mendekat mencium matahari. Dan, matilah kita.
Sepertiku, Wulan yang tak akan pernah bersatu dengan Surya. Jangankan manusia seperti mbahku, alam pun pasti tak akan memberi restu.
Hari ini aku menertawai masa lalu yang sempat menguras air mata. Selamat tinggal Surya Wahyu Irawan. Kau akan tetap bersinar walau tanpaku. Dan aku akan memantulkannya untuk menerangi malam, sebagai pembelajaran bahwa kita tak akan pernah bersatu.

Komentar

Postingan Populer