Pindah


Neymar,

"Akang! Dengerin eneng dulu atuh," ucapku mengejar suami tercinta.
"Aduh, Neng. Akang mau latian nggak boleh telat." Suamiku bergerak cepat menuju mobilnya. Segera kukejar dan kutarik tangannya.
"Tunggu! Dengerin eneng dulu."
"Iya, iya, Neng mau ngomong apa buruan." Akhirnya lelaki tampan itu menyerah juga.
"Akang harus pindah, supaya bisa jadi yang terdepan. Jadi yang nomer satu. Kalau nggak pindah, Akang akan terus jadi nomer dua nomer tiga, di bawah bayang-bayang Messi. Akang masih muda, masih banyak peluang. Eneng mohon Akang mau pindah."
"Haduh, Neng. Akang belum tentu nyaman di tempat lain. Lagipula apa Eneng nggak tahu prestasi Akang bersama trio MSN?"
Aku menunduk hampir menyerah, sedih mendengarnya. Semoga ada keinginan Neymar untuk bermain di negara asal atau klub lain.
"Tolong dipertimbangkan, Kang."
Neymar pun berlalu menuju tempatnya latihan bersama Suarez dan Messi di bawah komando Enrique. Aku sebagai istri hanya bisa mendoakan apa yang terbaik baginya, sesekali memberi saran dan masukan.

Komentar

Postingan Populer