Juara Kelas



Hiks, tadi baca kutipan.
Katanya tidak perlu juara kelas supaya bisa berhasil. Karena orang-orang hebat juga bukan juara kelas.
Ijin share ya Kakak!
Memang tidak harus juara kelas jika ingin berhasil. Tapi pernyataan itu BERBAHAYA jika dipahami oleh remaja 15 tahun seperti adik saya.
Itu justru akan membuatnya malas belajar. Lalu dijadikan alasan untuk malas-malasan belajar.
Karena, mental setiap orang itu beda. Sikap terhadap informasi pun pasti akan lain.
Dan jangan munafik, remaja seperti adik saya di Indonesia bukan cuma satu, tapi ribuan bahkan puluhan ribu. Berapa lapis? Ratusan! Lebih!
Pada Agustus 2014, seorang sarjana hukum bernama Ignatius Ryan Tumiwa meminta Mahkamah Konstitusi untuk menguji materi Pasal 344 KUHP terhadap UUD 1945.
Ia meminta agar tindakan bunuh diri dilegalkan. Hal ini dilatarbelakangi depresi yang dirasakan olehnya karena satu tahun menganggur.
Inilah bukti bahwa juara kelas memang belum tentu berhasil dalam kehidupannya. Namun, mengapa hal ini bisa terjadi.
Mungkin sederhana jawabannya. Yaitu karena gelar yang diperoleh adalah hasil dari memindahkan teksbook ke dalam tempurung kepala.
Lalu apakah bapak Jusuf Kalla dulunya di sekolah adalah murid yang bodoh? Apakah Pak Habibie adalah murid yang biasa saja? Silakan Anda jawab sendiri.
Jadi sekali lagi juara atau tidaknya seseorang memang bukan penentu keberhasilan seseorang di masa mendatang. Akan tetapi, sesungguhnya menjadi juara itu patut diusahakan dan bukanlah hal yang sulit.
Saya saja yang sebodoh dan senaif ini sering mendapat juara kelas di tiga tingkat pendidikan, apalagi yang lain.
Sebagai anak, barangkali dengan menjadi juara kelas bisa membuat orang tua tersenyum mengapa tidak diusahakan.
Orang tua mana yang tidak bangga saat anaknya sering dipanggil maju ke depan sebagai murid berprestasi?
Namun, yang perlu diingat adalah menjadi juara kelas itu bukan tujuan akhir apalagi tujuan utama pendidikan.
Karena salah satu tujuan pendidikan adalah mempersiapkan pribadi-pribadi yang mampu menjadi penggerak, termasuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (kehidupan).
Jadi, jangan bebankan kepada anak untuk menjadi juara. Tapi tanamkanlah mental juara, bahwa apapun hasilnya setidaknya ia telah berusaha sebaik yang ia bisa.
Mohon untuk dimaklumi, tulisan ini dibuat oleh si Goblok, jadi berantakan.
pesan moral: kalau ngutip isi buku jangan setengah-setengah, jangan cuma ambil enaknya. Wuahahahaha.. Cling!
‪#ngegaje

#ODOPharike4

Komentar

Postingan Populer