Suami Jahat

pinterest.com


Pernahkah kita mendengar teman atau tetangga bercerita tentang suami jahat? Atau orang terdekat kita pernah mengalaminya? Tapi semoga bukan kita yang mengalami itu. 

Saya banyak menemui cerita-cerita mengenai suami yang jahat. Suami yang memaki, memukul, berselingkuh, dan lain sebagainya. Apalagi jika teman si korban yang cerita pasti berapi-api membela wanita yang katanya tersakiti. Saya sampai miris melihatnya. 

Sahabat, 
Pernahkah kita berpikir bahwa sebuah rumah tangga itu dibangun dari dua jiwa yang jauuuh berbeda. Dari asal yang beda, dari cara hidup yang beda. Jadi adalah hal wajar jika dalam sebuah hubungan suami istri terjadi perselisihan. Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam hal ini. 

Sayangnya, banyak wanita yang selalu ingin dimanja dan dimengerti. Tanpa mau mengalah pada pasangan. Padahal, akan sangat elok jika bisa saling menjaga perasaan. 

Saya termasuk wanita yang sangaaat beruntung, karena ayah saya baik. Begitu juga dengan suami, sabar dan lembut. Namun bukan berarti kami selalu akur dalam segala hal. Akan selalu ada saja masalah atau perbedaan. Justru itulah keseruannya, saat mencari jalan tengah dari dua arah pikiran yang berbeda.

Saya punya teman, seorang istri yang tersakiti. Suaminya selingkuh, menggunakan uangnya untuk wanita lain. Sejujurnya saya kasihan pada wanita itu. Namun tidak serta merta saya membelanya 100%. Karena, jika ditilik lebih jauh, dia mungkin banyak kekurangannya. 

Salah satunya tidak memuaskan suami. Maksud saya, setelah suami bekerja, harusnya istri menyambutnya dengan gembira. Tersenyum dan terlihat bersih, cantik. Namun teman saya justru biasa saja, tidak bisa mencuri perhatian suami. Dia pun tak pandai masak, selalu saja membuat suami kecewa akan masakannya. 

Padahal jika mau, dia bisa menyewa juru masak, membeli makanan di luar atau belajar masak dengan sungguh-sungguh. Jadi tak akan ada lagi alasan bagi suami untuk berpaling ke wanita lain. Itu pendapat saya. 

Bisa juga suami bersifat kasar, karena memang wataknya begitu. Memang didikannya begitu, maka yang harus dilakukan istri adalah berusaha tidak memancingnya bicara kasar. Tentunya sebagai pasangan kita tahu apa yang tidak dan apa yang disukainya. 

Jangan menjadi wanita lemah yang selalu merasa terdzolimi, tersakiti. Itu bukan pilihan yang bagus. Itu pilihan yang buruk, karena selain bisa mengganggu kesehatan, hal itu juga bisa membuat wanita menjadi stress. 

Keberhasilan rumah tangga bisa diraih dengan kerja sama. Bukan kerja sepihak. Taruhlah saya sok tahu, atau terlalu beruntung. Tapi ada banyak hal kecil yang sering dilupakan istri. Contohnya menjadi canrik untuk suami. Berdalih sibuk urus ini itu, lupa tidak mempercantik diri. 

Saya sendiri ketimbang mengurus rumah, lebih suka berdandan. Supaya suami merasa senang, urusan rumah kalau mau dituruti tidak ada habisnya. Dan walaupun tak suka sayur kangkung, saya tetap memasaknya karena suami suka itu. 

Bertutur kata yang manja atau lemah lembut pun sering ditinggalkan para istri. Berdalih bingung memikirkan kebutuhan dan mahalnya harga-harga, mereka berkata yang kurang enak didengar bagi lelaki yang telah bersusah payah mencari uang. 

Padahal lelaki suka jika istrinya cantik, manja, lembut. Bukan marah dan selalu menuntut. 

Sebagai seorang muslimah, saya berprinsip bahwa mengerjakan pekerjaan rumah bukanlah suatu kewajiban. Jadi semua dijalani dengan santai tanpa beban. Alhamdulillah suami mau mengerti itu.

Mari kita sama-sama berusaha, untuk menciptakan rumah tangga yang damai, tenang dan sejahtera. Penuhi peran kita masing-masing. Semoga Allah swt selalu meridhoi kita. 

Aaamiiin. 

Komentar

Postingan Populer