Cerli: Ketika Walikota Menghilang





Suatu Pekan Ketika Walikota Menghilang


Orang-orang menekuk wajah di dalam suasana kota yang membingungkan. Semua bertanya-tanya, namun tak jua mendapat jawaban. Adalah aneh bila dalam sepekan satu per satu dari mereka kehilangan bayangan yang biasanya menguntit atau mendahului.

Lalu siapa yang telah lancang mencuri bayangan semua orang. Untuk apa pula akan digunakan apa lagi dalam jumlah besar. Semua orang, tua muda, laki-laki maupun perempuan, tak terkecuali anak-anak semua kini tak memiliki bayangan. Mereka seperti berjalan dalam gelap malam tanpa penerangan.

Padahal bagi beberapa anak kecil memiliki bayangan sungguh menyenangkan. Tak jarang mereka mecoba adu cepat dengannya, atau berlomba menginjak bayangan masing-masing.

Suatu hari ada seorang anak perempuan yang rambutnya dikuncir dua. Pipinya kemerahan dengan gigi yang sedikit menghitam akibat terlalu sering memakan cokelat. Tangannya digandeng sang ayah, mereka berjalan ketika senja. Terburu-buru mencapai rumah, karena kuatir ada hal buruk menimpa setelah terlalu asyik bermain di lantai dasar sebuah mall.

“Ayah, kenapa kita harus berjalan cepat?”

“Kita harus segera sampai di rumah, Nak. Waktu-waktu seperti ini tidak baik untuk kita berada di luar.”

Sambil mencoba mengimbangi langkah sang ayah, gadis itu pun lanjut bertanya,”Tapi mengapa? Aku suka melihat bayangan. Ayah lihat?”

“Lupakan dulu tentang bayangan. Kita harus segera sampai rumah.”

Lelaki itu segera menggendong putrinya sembari membawa kantong keresek berisi burger dari restoran cepat saji di tangan kiri. Tanpa mereka sadari ketika sampai pintu, ada sesuatu yang ganjil. Ada bayangan berkelebat di belakang punggung lelaki itu. Menyadari adanya bahaya, segera ia membuka pintu dan melompat masuk ke dalam rumah serta menutup pintu dengan kasar.

Syukurlah tak ada apa-apa, ia membatin. Sang istri terlihat amat cemas menunggu mereka. Orang dulu bilang, pergantian siang ke malam adalah waktu yang berbahaya. Karena banyak setan berkeliaran. Kita dianjurkan untuk masuk ke dalam rumah, menutup pintu dan berdoa. Itulah yang seharusnya dilakukan semua orang, akan tetapi mereka sudah terlalu modern untuk mendengarkan nasihat-nasihat orang terdahulu.

“Kau keterlaluan, aku hampir mati menunggu kalian!” hardik wanita berambut coklat itu.

“Tenanglah, Sayang. Kami hanya bermain, sudah lama aku tak mengajak Sui bermain keluar.”

“Ini bukan saat yang tepat untuk bermain-main, Bapak Walikota.”

Sementara orang tua mereka berselisih, Sui diam dalam kebingungan karena menyadari ia telah kehilangan bayangan.
Ada banyak kisah tak terungkap di kota. Kisah-kisah kelam yang banyak orang lebih memilih diam dan mencoba melupakan. Meskipun pada kenyataanya amat sulit melupakan masa-masa kelam. Usaha yang nyaris mustahil meskipun semua catatan dilenyapkan. Ingatan adalah catatan yang baik dan menyimpan kejadian dalam bentuk audio visual.

Ketamakan bisa membawa manusia ke dalam lembah yang amat kotor bernama dosa. Seseorang telah berhasil menguak sebuah cerita kelam kala pemilihan wali kota yang menghabiskan banyak sekali biaya. Dengan lantan dan percaya diri ia berdiri di depan semua orang, mengumumkan bahwa ada seorang anak yang lahir dari hubungan terlarang calon wali kota Tomi dengan pembantunya.

Pukulan telak itu berhasil mengantarkan Anton ke posisi yang ia duduki sekarang. Tak lama kemudian sempurnalah kebahagiaan Anton dengan kehadiran Sui. Tahun-tahun berlalu dan warga amat percaya padanya. Anton adalah gambaran pemimpin idaman yang ramah dan rendah hati, seorang ayah yang baik juga kepala keluarga bertanggung jawab yang bersih dari skandal.  Anton amat dicintai.

Bahkan ketika bayang-bayang mulai hilang dan tak kunjung ada titik terang, warga tetap optimis semua bisa diatasi wali kota mereka. Mereka merasa takut, tapi memilih diam dan lebih berhati-hati. Sepertinya hantu ingin menguasai kota akan tetapi orang-orang sudah terlalu modern untuk percaya akan adanya hantu.

Berbagai rumor berkembang di antara kebimbangan. Hantu-hantu, sihir, penguasa baru, namun tak ada yang berani membawa percakapan itu keluar dari pintu masing-masing. Dinding-dinding sudah mulai penat menampung praduga-praduga tanpa penyelidikan.

Sungguh suatu pekan yang aneh, bagi kota yang terlalu modern.

Sementara pihak pemuja bayangan ketar-ketir, walikota kesayangan mereka justru terkesan tak ambil pusing. Alih-alih memberikan perlindungan pada semua warga, ia justru menghilang bersama anak dan istrinya.

Ada yang mengatakan mereka pergi ke luar negeri karena telah melakukan korupsi, seperti yang biasa terjadi pada pemimpin di tempat lain. Ada juga yang menyangka mereka tidak kemana-mana, tetap di dalam kota menyamar dan tetap berbaur dengan menyamar.

Orang-orang mulai saling mencurigai hingga saling tuding pun tak terelakan. Warga kota ibarat anak-anak ayam yang kehilangan induknya. Di sini, para pemuja bayangan yang paling panik. Sementara, pemuja keadilan mereka memang selalu ada di jalan yang benar terlepas apakah takdir bersikap ramah atau justru sebaliknya.

Mereka tetap berjalan di jalur yang benar dalam diam. Keculasan sudah menutupi suara-suara merdu mereka. Para pemuja keadilan pun tetap tersenyum dengan tenang ketika mengetahui walikota mereka menghilang di saat-saat yang penting.

Ada gagasan dari beberapa orang pemuja bayangan untuk menggunakan Tim SAR untuk mencari walikota. Ada juga yang mendatangi paranormal, namun nihil mereka dapatkan selain permintaan paranormal yang aneh-aneh dan terkadang mustahil untuk dituruti.

Di dalam sebuah apartemen murahan, seorang pemuda sedang memadankan bayangan yang pas dengan dirinya. Persis seperti seorang remaja putrid yang mencoba menemukan gaun yang indah dan pas ketika akan menghadiri prom night dengan gebetan impian bermobil mewah yang menyita perhatian banyak gadis. Tak ingin penampilannya mengecewakan. Tapi sejak subuh hingga petang hari ia belum juga menemukan bayangan yang pas sehingga akhirnya ia menyerah. Diraihnya sebuah telepon genggam dan mengeti pesan ke sebuah grup WhatsApp yang berbunyi:

Datanglah kemari, pilih bayangan yang kalian sukai.

Menjelang malam satu per satu orang datang, mencoba menemukan bayangan  yang pas untuk mereka. Tapi tak ada yang pas juga. Ada yang terlalu pendek, terlalu lebar, dan terlalu-terlalu lainnya. Hingga mereka sepakat akan satau hal.
Paginya  cuaca  cerah, beberapa posisi penting dalam pemerintahan kota diisi oleh wajah-wajah asing yang tak memiliki bayangan. Seorang pemuda menduduki kursi walikota sambil tersenyum puas. Itu senyum yang mirip sekali dengan senyum Toni.

“Para pemuja kebenaran pasti akan mendukung langkah kita,” ujarnya.

Tentu saja mereka akan mendapat dukungan. Tetapi mereka lupa satu hal bahwa hari ini adalah akhir pekan di saat seharusnya kantor-kantor tutup. Sementara Anton bersama keluarganya sedang menggali pasir untuk dibuat kastil di pantai. Tidak perlu ada yang dirisaukan.

“Si bodoh sudah menampakan diri.”

Anton tersenyum lega ketika mendengar kalimat itu di telepon. Ssetelah meneguk segarnya kelapa muda, ia berlari kea rah Sui dan istri untuk kembali membangun kastil.

Bekasi, 2 Juni 2018


Komentar

Postingan Populer