Kesalahan-kesalahan Terbesar Dalam Hidupku



Kesalahan-kesalahan Terbesar Dalam Hidupku



Sebagai manusia aku tidak pernah luput dari salah dan dosa. Ya itu jelas. Apalagi ketika usia muda, yang menurutku masih asing dengan diri sendiri. Nah, di usia inilah aku banyak sekali melakukan kesalahan-kesalahan besar yang diantaranya juga berakibat fatal bagi kehidupanku sekarang.

Aku tidak berniat untuk membuka aib dan luka lama, kalau Allah saja masih menutup aibku, buat apa malah aku sendiri yang membuka tabirnya? Hanya saja aku menulis ini sebagai pengingat diri saat ini dan di kemudian hari bahwa aku bukan manusia sempurna sama sekali. Jauh dari itu.

Dan juga iniloh sebabnya aku begini sekarang. 

1. Putus Sekolah

Ini akan menjadi hal yang paling bodoh yang pernah aku lakukan. Sudaj tahu bodoh malah minggat dari sekolah. Memang ya saat sekarang tidak punya gelar pun pasti bisa jadi orang sukses. Merangkak dar bawah. Tapi andainya misalkan ada basic pendidikan pasti bisalah lebih baik. Entah dari segi pola pikir, cara menghadapi tekanan, mudah diterima bekerja, dan lainsebagainyaaaaa.

Jadi ceritanya dulu, ketika lulus SMK aku masih nggak punya tujuan. Jangan harap kayak orang lain yang punya kerabat suportif, aku benar-benar sendirian waktu itu. Karena hubungan dengan ayahku pun lagi buruk.

Ayahku sendiri tidak tau menau banyak hal. Jadilah aku hanya bisa bergantung pada pihak sekolah yang sebenarnya kurang bisa diandalkan. Habis waktu, ongkos dan tenaga ke sana ke sini untuk menyiapkan persyaratan lamaran kerja. Ikut-ikut tes di sekolah lain. Hasilnya nihil.

Nunggu info dari teman yang sudah ada di Cikarang, aduhai, malah beberapa teman ada yang tertupi. Jadilah aku pemudi yang hilang arah dan gak gitu guna. Sampai pada suatu ketika, aku kenalan sama EO Owner dan mulailah aku ikut-ikut kerja sama dia jadi tukang ipen.

Nah, di tukang ipen ini aku pura-puranya jadi sekretaris sekaligus pembantu umum. Jadi di basecamp aku bertugas nyatet, ikut musyawarah dan ikut nyiapin konsumsi buat kita juga buat para official (kebetulan ipen pertandingan bola) ketika teknikal miting, ina-inu, lalala, sampai pembubaran panityaaaa. 

Cie, yang punya kegiatan.... Hahaha.

Nah, setelah event terselenggara dengan sukses aku kan masih berteman sama mereka, terus diajaknya aku kuliah wiken. Itu semua terjadi di sekitar tahun 2009. Awalnya rencana menuntut ilmu itu ditentang oleh ayah tapi akukan ngeyel dan keras kepala (pantes sering sakit perut.) Jadi aku tetep maju meskipun tanpa dukungan ayah. And the best part is, ayah diem-diem ngasih uang buatku transpor dan makan melalui ibu. Hiks huaaaa....

Di tengah-tengah awal belajar dan adaptasi yang sulit itulah, ada pembukaan pabrik baru di daerahku. Jadi aku nglamarlah di situ dengan pertimbangan kuliah cuma wiken, wikdeis bisa buat ngumpulin sangu yakan. 

Tapi kenyataannya nggak semudah itu Ferguso. Terkadang aku jadi bolos gara-gara jam lembur di pabrik. Yang mana jarak antara pabrik ke kampus itu sekitar dua jam naik motor. Aku ngejar-ngejar pelajaran jadinya Hayati lelah lahir batin. Jadi ada yang perlu dikorbanin nih, pilih salah satu aja, sekola apa cari duit?

Karena aku termasuk bukan mental baja, manja, kolokan, jelek, bodoh, songong, jadi aku milih cari duit dan jadi anak putus sekolah tepat setelah ujian semester pertama. Pada akhirnya, sekarang aku sadar dan tau bahwa sekola itu penting banget untuk menjadikan aku lebih manusia di mata manusia.

Sedih kalau inget masa lalu. Apalagi saat ini yang akunya cuma ibu-ibu yang kelihatan selow, untuk merasa baik-baik saja harus berapa kali kutanamkan dalam diri bahwa Allah-lah sebaik-baik juri sementara manusia kerap merendahkan? Ya kadang aku tetep kebawa baper aja gitu. You know what I mean.

2. Kehabisan ASI

Kehabisan ASI adalah hal tergoblok yang pernah aku lakukan. Ya, karena kebaperan itulah salah satu penyebabnya. Aku mudah terluka dan sakit hati, tapi pada saat yang bersamaan nggak punya niat untuk membenci. 

Aku tetap menaruh hormat pada siapa saja yang perlu nggak peduli ada dari ucapan mereka yang bikin aku sesak napas. Apalagi setelah menikah dan punya bayi. Banyak silet-silet yang masuk lewat kuping dan menyayat jantungku.

Misalnya ketika aku dibandingkan dengan ibu-ibu bekerja karena memberikan susu bubuk pada bayi. Ketika aku dianggap orang nggak bekerja, nggak berpenghasilan, ketika diaper jadi masalah, bayi sakit jadi aku yang salah. Semua hal yang bikin sakit itu jadi pikiran dan wasalam usia bayi lima bulan ASI-ku kering kerontang!

Sampai saat ini, bahkan anakku lupa bagaimana dia dulu menyusu. Dia lebih kenal botol dot. Kadang-kadang aku berpikir jahat begini, "Orang kayak aku, yang uangnya pas-pasan nggak usah diajarin juga tau ASI itu terbaik dan kalau ada malah lumayan uang susu bubuknya bisa buat kebutuhan lain."

Terus, sebenarnya dulu aku juga berusaha untuk terus bisa ngASI. Bukan pembenaran sih, tapi ya memang gitu. Saran-saran dan masukan dari yang lebih pengalaman aku terima. Tapi mungkin karena memang sedikit air susunya atau memang karena baperan itu. Ingat juga waktu masih ada, aku pernah pompa dan dapat 30ml, terus habis.

Apa memang air susunya terbatas. Okelah gak sah cari pembenaran. Yang penting anaknya sehat dan solih, InysaAllah..

Sebenarnya aku mau ngulas-ngulas produk kok malah jadi ngulas diri aku sendiri kayak gini ya... hahaha. 

3. Marahan sama Ayah

Lah ini fatal banget! Balik ke masa muda lagi, waktu itu aku udah kerja di pabrik selama kurang lebih dua tahunan gitulah. Dan aku mulai jenuh. Tapi kerjaan di pabrik udah nggak seberat sebelumnya karena aku sudah bukan jadi tukang produksi tapi penunjangnya.

Upahnya juga sudah bisalah buat sangu, beli sabun dan baju, bisa kredit motor. Suatu ketika ada hal yang bikin aku seteru sama ayah aku sendiri lupa ap sebabnya. Setelah seteru itu aku pergi entah berapa lama, nggak tinggal di rumah. 

Pada waktu itu ayah pun nggak cari. Emang sama-sama bebal. Tapi harusnya yang muda ngalah dong ya. Aku stress berat saat itu sampai tiga bulan aku nggak kedatangan tamu. Bayangin aja, usia 19-20an nggak haid selama 3 bulan. 

Ya, aku takut juga kan jadinya. Takut ada penyakit. Tapi setelah lebih dewasa aku tau itu karena beban pikiran. Lalu cerita ini ada damainya? Sayangnya nggak. Ketika itu aku ngerasa diabaikan banget karena tetep ayah nggak nyari atau nyuruh pulang. 

Jadilah aku memberanikan diri resign dari pabrik buat daftar jadi TKI di sebuah penyalur di Jawa Tengah sana. Sampai suatu hari aku dijemput pihak penyalur, buat tinggal di asrama selama tiga bulanan sebelum terbang ke negara tujuan dan ya, ayahku sakit pas aku di asrama. 

Jadi sebenernya ayah itu orang yang susah ngungkapin rasa sayang. Tapi sebenernya sayang. Bahkan sampai beberapa hari nggak makan ketika aku pergi. Nyesel kan musuhin orang tua sendiri. 


Sekarang ya ginilah jadinya aku, selalu berusaha untuk terlihat sambil memerangi diri sendiri. Pamer hal sederhana, nggak penting, narsis, pokoknya ingin menjadi orang yang punya karya dan diperhitungkan keberadaanya.

"Di dunia ini ada dua tipe manusia, yaitu mereka yang pantas dilihat dan mereka yang ingin terlihat."
pastinya aku tipe ke-dua, setidaknya untuk saat ini.



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer