Desperate Book


Weird...


Aku datang bersama Yati ke sebuah kota untuk menuntut ilmu. Kota yang sejuk, hijau dan tentu menyenangkan. Mendapat sebuah kamar di asrama, Yati menjadi teman sekamar. Jarak menuju sekolah sangat dekat hanya melewati persimpangan jalan. 

Tanaman dan bunga tumbuh di sisi-sisi jalan. Sangat nyaman untuk melakukan perjalanan baik itu dengan berjalan kaki maupun berkendara. Setiap hari melewati persimpangan kecil itu, mataku selalu tertuju pada sebuah bangunan kecil. Dua sisinya menghadap ke jalan. Jendela dan pintunya adalah kaca berbingkai kayu. 

Bangunan itu tampak seperti bangunan lama. Sebuah toko buku yang selalu sepi pengunjung. Entah karena koleksinya yang membosankan atau orang enggan datang pada toko kuno itu. Aku lebih sering mendapati orang-orang membeli buku di toko baru yang besar. Namun sejujurnya aku pun ragu apakah tempat itu masih menjual buku atau hanya menjadi tempat menyimpan koleksi. 

"Yati, aku benar-benar penasaran dengan tempat itu," kataku setelah kami melewati tempat itu. 

"Aku pun sama. Besok aku akan mengunjunginya. Oya, apa kamu melihat sesuatu di pintu masuknya?" 

Aku hanya menggeleng mendengar pertanyaan itu. 

"Lihat saja dari sisi jalan yang lain."

Karena penasaran aku berjalan dari sekolah melalui jalan yang dimaksud. Tepat sebelum berbelok ke arah asrama, aku melihat sebuah pengumuman kecil berwarna pink di pintu masuk. 

Diskon untuk pembelian buku Tiga Rangkaian

Aku segera masuk dan menanyakan perihal buku itu. Seorang wanita tua menyambut dengan langsung mengambilkan buku yang dimaksud. 

"Maaf, apa kau buru-buru ingin membaca buku ini?" Dia bertanya. 

"Ya."

"Kalau begitu, tolong buatkan rangkaian bunga seperti gambar yang ada di buku ini." Wanita itu memberiku pita, tiga tangkai mawar dan pembungkus. Secepat kilat aku merangkai mawar itu. 


"Done." Aku menghela napas, lega. 

"Then, you can take it for free."

Aku bergegas pulang ke asrama dan membaca buku itu. Namun saat tengah membaca, tiba-tiba tubuhku dikuasai oleh pikiran dalam buku itu. Aku melakukan hal-hal tidak masuk akal. Membolos, berkata kasar, dan melukai orang lain. Semua terjadi begitu saja. 

Aku terus melakukan hal-hal di luar kuasaku. Mendebat dan melukai Yati. Bahkan saat pulang aku memukul Evan, adik laki-lakiku. Membentak ibu, ayah, dan hampir saja melukai Sirli. Gadis pirang kesayangan ibu. 

"Wirda! Wirda! Ingat, Sirli itu hanya anak kecil." Ayah menahan pukulanku. 

"Tapi aku ingin melukai Sirli!" Entah dari mana kata-kata itu terucap. Dari bibirku, ya. Tapi hati ini menangis, mengutuk diri sendiri. 

Aku berteriak histeris. Menangis dan terus menangis. Aku kehilangan kendali. Buku itu, buku itu penyebabnya. Sekuat tenaga aku melawan diri yang jahat ini. 

Saat kembali ke asrama aku melewati persimpangan jalan. Toko itu lenyap. Hanya tersisa rumput yang dibentuk seperti kotak, rapi dan terawat. Saat mendapati Yati memegang buku itu, aku langsung merebutnya. 

"Jangan baca!" 

Aku dan Yati membawa buku itu ke persimpangan jalan. Menaruhnya di tempat seharusnya toko itu berada. Kami menemukan sesuatu. Rangkaian tiga mawar buatanku. 

Aku memegang mawar itu dan mengamatinya. Persis seperti yang kubuat beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba, aku berada dalam toko buku kuno lagi. Si wanita tua tersenyum sambil berkata, "Aku beri kau inspirasi untuk ditulis."

Seketika aku tersadar, aku hanya sedang bermimpi. 


***





Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer