Menulis Sebagai Bentuk Kasih Sayang Kepada Bumi



Bumi adalah tempat tinggal ternyaman manusia saat ini. Planet ke-tiga dalam tata Surya ini memiliki semua yang dibutuhkan oleh manusia. Mulai dari makanan, tempat tinggal dan pasangan juga bisa...

Sayangnya, tidak semua manusia sayang sama Bumi. Mungkin termasuk aku, yang masih menyampaikan dan kurang memperhatikan lingkungan hiks.

Namanya bentuk kasih sayang bisa berupa apa saja. Bisa berupa tindakan, menjaga kebersihan, kampanye, dlsb, nah di ujung tahun 2019 ini JWritingSoul Publishing membuka kesempatan kepada para penulis untuk menunjukkan kasih sayang kepada Bumi dalam bentuk karya tulis:cerpen.

Tak ingin menyiakan kesempatan begitu saja, aku pun turut ambil bagian dalam event ini.

Di akhir bulan November, tepatnya tanggal 30 aku belum ada gambaran mau menulis apa. Lalu, kucoba begadang untuk menulis tentang emisi karbon dalam sebuah cerpen dengan latar waktu masa depan. Di mana dunia sudah chaos.

Demi mengejar bisa berpartisipasi, maka sebelum jam 12 malam harus sudah kirim. Selain mengejar selesai dan cek untuk meminimalisir typo, juga memastikan bisa kirim email ke penyelenggara.

Sayangnya, jaringan ngajak ribut. Sudah dibela-belain nahan kantuk, nggak bisa-bisa buka email. Apalagi kirim. Barulah sekitar dua puluh menit lewat tengah malam terkirim. Itupun sudah lewat DL jadi nasibnya entahlah....


Eng ing eng.... Ternyata bukan malam itu DL nya tapi besoknya lagi pada tanggal 31.

Di dalam cerpen yang kuberi judul, "Pecundang dan Orang yang Ingin Mencuci Tangan" ini, diceritakan ada sebuah tempat impian bagi semua orang. Tempat indah yang juga menghadirkan keadilan, juga cinta bernama Laut Jingga.

Sekelompok pemuda melakukan perjalanan menuju ke sana. Meskipun mereka tidak tahu apakah tempat itu benar-benar ada, tapi mereka butuh suatu keadilan untuk kekacauan yang terjadi di tempat tinggal mereka:fitnah.

Seperti bertaruh dalam perjudian, mereka berempat berangkat dan menempuh perjalan panjang. Dalam perjalanan itulah satu dua hal mulai terjadi. Terlebih setelah mereka bertemu dengan seorang lelaki asing yang memberikan panduan bahwa mereka harus mengikuti arah burung-burung terbang.



Pada waktu itu, seluruh burung di bumi bahkan sudah punah!

Perjalanan itu memang pada akhirnya membawa mereka pada sebuah pemahaman baru. Sebuah pencerahan, mungkin.

Lalu, apakah Laut Jingga itu benar-benar ada, apakah mereka berhasil mencapai pengadilan dunia di Laut Jingga?

Simak cerita selengkapnya yang akan terbit segera.... Di JWritingSoul Publishing.




Komentar

Postingan Populer